Pelapukan merupakan salah satu
proses yang mempercepat denudasi. Batuan, baik batuan beku, sedimen maupun
metamorf yang tersingkap diatas permukaan, bersentuhan dengan atmosfir,
hidrosfir dan biosfir akan mengalami proses pelapukan. Batuan akan terubah
secara fisik dan atau secara kimiai. Di alam, kedua proses ini sulit dibedakan,
karena berlangsung secara bersamaan. Namun secara teoritis kedua proses ini
dibedakan. Proses pelapukan inilah salah satu proses yang mengubah permukaan bumi
setiap saat meskipun perubahannya tidak tampak dengan segera, sebagaimana yang
telah diutarakan bahwa faktor waktu sangat berpengaruh dalam proses ini.
Pelapukan
adalah proses berubahnya batuan menjadi tanah (soil) baik oleh proses fisik atau mekanik (disintegrasi) maupun oleh proses kimia (decomposition). Proses decomposition
dapat menyebabkan terjadinnya mineral-mineral baru. (Sawkins dkk, 1978: 346)
PELAPUKAN
MEKANIK
Pelapukan secara
fisik umumnya disebut pelapukan fisika (physical
weathering) atau dikatakn pula pelapukan mekanik (mechanical weathering). Pada proses pelapukan ini hanya terjadi
perubahan fisik saja secara mekanik, tidak disertai perubahan kimia. Sehingga komposisi
kimianya tetap yang berubah hanya sifat fisiknya saja.
Dari yang semula mempunyai
bentuk tubuh batuan besar serta masif, hancur menjadi bentuk-bentuk lebih
kecil, yang terjadi hanya disintegrasi saja, perubahan fisik batuan ini dapat
diakibatkan oleh beberapa cara.
Rekahan-rekahan (sheeting joint)
Perubahan
secara fisik atau terurainnya batuan yang semula masif dapat terjadi akibat
hilangnya tekanan dari beban lapisan diatasnya yang semula menimbunnya. Akibat lapisan
penimbunan tererosi, maka beban yang menekan batuan akan hilang. Dengan hilangnya
beban, maka batuan seolah-olah mendapat tekanan dari dalam, yang menjadikan
rekahan-rekahan yang sejajar dengan permukaan. Kenampakannya seperti
perlapisan, dan dinamakan kekar berlembar atau sheeting joint. Pengaruh hilangnya beban ini tidak terlalu tebal,
pada umumnya tidak melebihi dari 50 meter, karena beban ini cukup berat
sehingga kekar tidak berkembang lebih lanjut.
Tekanan
Es (frost wedging)
Pada
suhu yang sangat rendah, melebihi titik beku, air akan membeku menjadi es. Air yang
membeku mempunyai volume yang lebih besar sekitar 9 persen. Tekanan dari
membesarnya volume ini dapat menghancurkan batuan. Pembekuan air yang terdapat
didalam pori-pori dan rekahan batuan menekan dinding disekitarnya, dan dapat
menghancurkan batuan. Pelapukan mekanik ini umumya terjadi didaerah pegunungan
tinggi, atau daerah bermusim dingin. Penekanan dari pertambahan volume ini paling
efektif pada suhu antara -5o C sampai -15o C.
Pertumbuhan
Kristal
Air
tanah yang mengalir perlahan melalui rekahan-rekahan batuan dibawah permukaan
mengandung ion-ion yang dapat mengendap sebagai garam dan terpisah dari
larutannya. Pertumbuhan kristal-kristal garam ini menekan celah-celah atau
rongga antara butir pada batuan, sehingga batuan tersebut dapat terdisintegrasi
atau hancur. Gejala semacam ini sering terlihat didaerah gurun, dimana air
tanah naik dan menguap dengan cepat.
Pengaruh
Suhu (thermal)
Berawal dari hukum fisika bahwa bila suatu bahan
yang dipanaskan akan memuai dan mengkerut kembali apabila dingin, orang
berpendapat demikian pula yang terjadi dalam pelapukan mekanik. Perbedaan suhu
antara siang hari dan malam hari dapat menghancurkan batuan. Pada siang hari
batuan mengalami panas, maka mineral-mineralnya akan memuai, dengan daya muaianya
masing-masing yang tidak sama. Pada malam hari suhu turun dan mineral mengkerut
kembali, sehingga ikatan antara butir atau mineral melemah dan lama-kelamaan
terlepas. Bila tidak ada lagi ikatan antara mineral dalam batuan, maka
hancurlah batuannya. Akan tetapi pada percobaan di laboratorium terhadap batuan
di permukaan, perbedaan suhu antara siang dan malam tidak berpengaruh terhadap
batuan. Sehingga faktor waktu dan perubahan suhu yang ekstrim secara
periodiklah yang berperan.
Pengaruh
tumbuhan
Benih
tumbuhan yang hisup pada celah batuan makin lama makin besar menjadi pohon. Akarnya
akan membesar, menekan dan menerobos batuan disekitarnya secara perlahan dan
menghancurkan batuannya. Penghancuran batuan oleh akar tumbuhan ini tidak
semata-mata oleh tekanan akar saja, tetapi ada unsur kimianya.
Contoh Pelapukan Mekanik
PELAPUKAN
KIMIA
Pelapukan kimia atau dekomposisi kimia adalah ‘penghancuran’
batuan oleh pengubahan kimia terhadap mineral-mineral pembentuknya yang
melibatkan beberapa reaksi penting antara unsur-unsur di atmosfir dan
mineral-mineral pada kerak bumi. Dalam proses-proses ini, struktur dalam
mineral semula terurai dan terbentuk mineral-mineral baru, dengan struktur
kristal baru yangt stabil diatas permukaan bumi. Reaksi-reaksi yang demikian
menyebabkan terjadinya perubahan besar terhadap komposisi kimia, sifat fisik
batuan, sehingga dapat dikatakan proses dekomposisi. Misalnya mineral-mineral
yang terdapat dalam batuan beku dan
metamorf terbentuk pada kondisi suhu dan tekanan tinggi. Bila sampai di
permukaan bumi, baik suhu maupun tekanannya jauh lebih rendah dari kondisi saat
pembentukan. Untuk mencapai keseimbangan mineral tersebut terurai dan komponen
komponennya membentuk mineral baru yang lebih stabil pada lingkungan atmosfir.
Mineral-mineral
yang terbentuk pada awal pendinginan magma, pada suhu dan tekann tinggi, olivin
dan kelompok feldspar misalnya, akan lebih mudah mengalami pelapukan
dipermukaan, karena kondisinya jauh dibawah saat pembentukannya. Sedangkan mineral
yang terbentuk paling akhir yaitu kuarsa, akan lebih tahan terhadap pelapukan
karena kondisi pembentukannya hampir mirip dengan permukaan. Bila kita ingat Seri
Reaksi Bowen, daya tahan mineral terhadap pelapukan adalah kebalikannya.
Air
mempunya peran utama dalam pelapukan kimiawi, sedangkan peran utama dalam
reaksi-reaksi kimia, sebagai medium yang mentrasport unsur-unsur yang ada di
atmosfir langsung ke mineral-mineral pada batuan dimana reaksi dapat
berlangsung. Air juga memindahkan hasil pelapukan sehingga teringkap sebagai
batuan segar. Kecepan dan derajat pelapukan kimia sangat dipengaruhi oleh
banyaknya hujan. Proses-proses dekomposisi diantaranya adalah:
Hidrolisa
(hydrolysis)
Dekomposisi
mineral yang disebabkan oleh ion hidrogen diperlihatkan pada contoh mineral
Kalium feldspar. Ion H+ masuk kedalam Kalium feldspar KAlSi3O8
dan mengganti ion kalium yang keluar dari kristal dan terlarut. Air yang bercampur
dengan sisa molekul alumunium silikat membentuk mineral lempung Kaolinit {Al4Si4O10(OH)8}
Hidrolisa
K Feldspar :
KAlSi3O8 + 4H+ + 2H2O -----> 4K+ + Al4Si4O10(OH)8 + 8SiO2
Kaolinit
adalh mineral lempung yang tidak terdapat pada batuan asal (original rock) dan terbentuk oleh reaksi
kimia, dan termasuk regolith. Reaksi kimia dimana ion dalam mineral digantikan
oleh ion-ion H+ dan OH- dalam air, dinamakan proses hidrolisa,
yang umum terjadi pada pelapukan kimia batuan.
Oksidasi
Unsur besi (fe), umum dijumpai dalam mineral
pembentuk batuan, termasuk biotit, augit dan hornblende. Apabila mineral ini
mengalami pelapukan kimia, besi terlepas dan segera teroksidasi dari Fe2+
menjadi Fe3+ jika ada oksigen. Berlangsungnya oksidasi bersamaan
dengan hidrasi menghasilkan goethit, mineral berwarna kekuning-kuningan.
4FeO + 2H2O + O2 ------> 4FeO.OH
Goethit jika mengalami proses dehidrasi, kehilangan
H2O, menjadi hematit. Hematit (Fe2O3) berwarna
merah bata.
Reaksi yang berlangsung adalah :
2FeO.OH ------> Fe2O3 + H2O
Intensitas warna-warna ini pada
batuan yang lapuk dan tanah, dapat dipergunakan untuk mengetahui sudah berapa
lama pelapukan berlangsung.
Pencucian
(leaching)
Proses lain yang umum dijumpai
pada pelapukan kimiawi adalah leaching,
merupakan kelanjutan “pengambilan” material yang dapat larut dalam batuan atau
regolith oleh air. Oleh karena itu sering juga proses ini disebut sebagai
proses pelarutan atau dissolution. Contohnya
silika yang terlepas dari batuan oleh pelapukan kimia, sebagian tertinggal
dalam regolith yang kaya akan lempung dan sebagian perlahan-lahan terlarut
didalam air yang mengalir didalam tanah. Ion kalium yang terpisah dari batuan,
juga terlepas sebagai larutan dalam air.
Air
dikenal sebagai pelarut yang efektif dan universal, susunan molekulnya polar. Oleh
sebab itu mampu melepaskan ikatan ion dalam mineral pada permukaan kontaknya. Beberapa
jenis bataun ada yang dapat larut seutuhnya dan terbawa hanyut. Contohnya batu
garam yang dapat larut seutuhnya. Gypsum dan batugamping yang mineral utamanya
CaCo3 juga dapat larut, terutama bila airnya kaya akan asam
karbondioksida.
Contoh Pelapukan Kimia
bagus sekali!
ReplyDeleteterima kasih... :D
Deletethanks
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletedaftar pustaka nya kok gak ada bos?
ReplyDeleteTerimakasih semoga ilmumya mjd amal jariyah
ReplyDeleteApakah daerah yang terjadi pelapukan batuan jika daerah ini di masa lalu mengandung emas dan saat terjadi pelapukan batuan, emasnya masih bisa terdapat dalam batuan yang sudah lapuk?
ReplyDelete